Senin, 19 Oktober 2009

Kesenian Khas Masyarakat Adat Cisungsang

Masyarakat adat Cisungsang bermukim di kaki gunung Halimun. Lokasinya dikelilingi oleh empat desa adat lainnya yaitu desa Cicarucub, Bayah, Citorek, dan Cipta Gelar. Secara admministratif, masyarakat adat Cisungsang berada di bawah kecamatan Cibeber, kabupaten Lebak. Waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk menuju ke desa adat Cisungsang dari kota Rangkasbitung, kabupaten Lebak adalah 5 jam.

Bila perjalanan dimulai dari kota Serang, ibu kota provinsi Banten, jarak tempuhnya sekitar 200 kilometer. Nama masyarakat adat Cisungsang pada awalnya berasal dari nama salah satu sungai yang mengalir dari Talaga Sangga Buana. Talaga ini mengalir ke sembilan sungai yaitu sungai Cimadur, Ciater, Cikidang, Cisono, Ciberang, Cidurian, Cicatih, Cisimeut, dan Cisungsang. Masyarakat adat Cisungsang dipimpin oleh seorang kepala adat dan sehari-harinya menggunakan bahasa Sunda. Sebagian besar masyarakat adat Cisungsang memiliki mata pencaharian di bidang pertanian dan perdagangan.

Masyarakat adat Cisungsang menganut agama Islam namun sebagian besar lebih percaya atau lebih meyakini pada hukum adat, yang ditandai dengan adanya wangsit dari Karuhun melalui kepala adat (Abah Usep). Ada beberapa perbuatan/dosa yang melanggar hukum adat diantaranya Lukun Lima, Lukun Tujuh, dan Lukun Salapan.

Beberapa jenis kesenian berkembang di masyarakat adat Cisungsang. Beberapa di antaranya adalah Angklung Buhun, Dogdog Lojor, Sisindiran/Pantun, Ngagondang, Wayang Golek, Ujungan (terdiri atas Hoe Ageung, Hoe Alit dan Golok), Silat Baster (diiringi pencak silat tarik kolot), Rengkong, Celempung (yaitu alat musik dari bambu yang dimainkan dengan cara dipukul dengan telapak tangan), Karinding, dan Betok (yaitu bass dari bambu yang dimainkan dengan cara ditiup). Ayo kita promosikan kenali dan kujungi objek wisata di Pandeglang untuk memajukan Pandeglang dalam hal Pariwisatanya.

source:www.banten-culture-tourism.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar